Cerpen: Kisah Gadis Kecil dan Garku si Kucing Kuning

Tulisan di bawah adalah cerita dari adik gw ketika sedang bermain cerita-ceritaan dengan anak gw dalam perjalanan menuju I-city, Shah alam. Karena menurut gw ide ceritanya bagus, maka gw tulis deh. Aslinya tokohnya anak kecil dan kadal, tapi gw ngga suka kadal jadi ganti kucing, udah gitu gw edit juga di sana-sini karena sempet ngga konsen dengernya.

Cerpen: Kisah Gadis Kecil dan Garku si Kucing Kuning

Gadis kecil duduk di tepi jendela, dia menatap hujan di luar sana. Gadis kecil teringat pada kata-kata ibunya, bahwa saat hujan adalah saat dimana kemungkinan besar doa dikabulkan. Ibunya juga pernah berkata, bahwa jumat sore adalah hari dimana doa dikabulkan. Dan hari itu adalah hari jumat sore dengan hujan.

Tapi Gadis kecil tahu, bahwa ada doa-doa yang tidak mungkin dikabulkan, seperti doanya dahulu, yaitu meminta kepada Tuhan untuk menghidupkan ibunya kembali. Karena itu, kini Gadis kecil mengganti doanya. Dia berharap mendapat sahabat, agar tidak kesepian.

Miau..” sayup-sayup terdengar suara kucing dari luar. Ternyata di dekat pintu ada kucing kecil kehujanan, badannya basah kuyup. Gadis kecil segera mengambil payung kecilnya dan menghambur keluar. Neneknya memanggilnya tetapi Gadis kecil tak mendengar. Ketika Gadis kecil masuk rumah sambil memeluk kucing kecil yang kebasahan, tahulah Nenek apa alasan Gadis kecil keluar.

“Kasihan nek... lagipula dia lucu...” kata Gadis kecil sambil mengeringkan badan si kucing. Bulunya berwarna kuning bergaris putih tipis, dan bagian kakinya putih saja, seperti memakai sepatu putih.

“Mirip Garfield ya nek?”

Garfield itu siapa?”

“Ihh Nenek.. itu loh film kucing gendut yang pernah aku tonton.”

“Oh iya nenek lupa.”

“Tapi dia kurus, kalau begitu aku beri nama Garku saja deh, Garfield Kurus.”

“Tapi dia betina lho sayang.”

“Ngga apa-apa Nek, aku bawa Garku ke kamar ya Nek..” kata Gadis Kecil sambil menggendong Garku.

“Halo Garku, kamu mirip Garfield deh, jangan-jangan kamu bisa bicara juga ya seperti Garfield?” tanya Gadis kecil begitu sampai di kamar.

“Halo Gadis Kecil, terimakasih ya sudah membawaku kemari, sekarang aku kering dan hangat.”

Gadis kecil terkejut dan menjatuhkan Garku dari gendongannya.


“Jangan takut Gadis kecil, aku di sini karena mendengar doamu. Aku ke sini untuk menjadi sahabatmu.”

“Betulkah itu?!” Gadis kecil kegirangan.

Semenjak itu Gadis kecil dan Garku bagai tak terpisahkan. Kemana pun mereka selalu bersama. Gadis kecil sangat bersyukur Tuhan mengabulkan doanya. Tuhan mengirimkan Garku untuknya. Garku adalah sahabat terbaik.

Di depan rumah Gadis kecil, ada taman bermain. Gadis kecil dan Garku suka bermain di sana. Lalu suatu sore di taman, datanglah seorang ibu yang penampilannya lusuh dan pucat. Ibu itu terlihat sangat lelah, sehingga tampak jauh lebih tua dari usianya. Saat Ibu itu mendekati Gadis kecil, Garku langsung bersembunyi di balik kaki Gadis kecil.

“Sayang, apakah kamu pernah melihat anak ini?” tanya ibu itu sambil menyodorkan foto seorang anak kecil. Gadis kecil menggeleng. Gelengan Gadis kecil membuat Ibu itu meneteskan airmata, dia menangis tanpa suara.

“Sudahlah Bu, mari kita pulang saja.” Ajak seorang lelaki yang tadi berada beberapa langkah di belakang Ibu itu.

“Tapi Pak.. Ibu masih mau terus berusaha,” kata ibu itu sambil terus meneteskan airmata. Lalu ibu itu kembali menatap Gadis kecil. “Sayang, anak Ibu hilang, ini fotonya. Umurnya sepertinya sama dengan kamu. Sebaiknya kamu pulang, tidak baik main sendirian di taman, Ibu khawatir.”

“Terimakasih Tante, tetapi aku tidak sendirian. Ibuku pernah berkata bahwa Tuhan Maha Melihat, sehingga Dia selalu mengawasi kita. Lagipula aku juga ditemani sahabatku, Garku.” Kata Gadis kecil sambil menunjuk Garku yang mengintip dari balik kaki Gadis kecil.

“Dan ada juga Nenekku yang mengawasiku dari depan rumah.” Lanjut Gadis kecil sambil menunjuk pada Neneknya yang sedang keluar rumah hendak menuju ke taman.

“Baiklah kalau begitu Om dan Tante pamit ya.” kata Ibu tersebut diiringi dengan senyum lelaki di sebelahnya.

Mereka pun menaiki mobilnya yang diparkir di dekat taman. Nenek bertanya mengenai apa yang baru saja terjadi, dan Gadis kecil pun menceritakannya diiringi langkah kecilnya menuju rumah. Nenek merasa kasihan terhadap Ibu dan Bapak tersebut, begitu juga Gadis kecil.

Ketika masuk kamar, Gadis kecil melihat Garku menangis tanpa suara, hanya tetesan airmata mengalir dari kedua ujung matanya. Gadis kecil bingung, dia belum pernah melihat seekor kucing menangis. Bahkan dia tidak yakin apakah kucing bisa menangis.

“Garku kamu kenapa? Kamu juga sedih mendengar cerita Ibu tadi?”

“Gadis kecil, aku ingin bercerita sesuatu. Sebetulnya, ketika aku bertemu denganmu, sudah tiga hari aku tersesat. Aku kabur dari rumah karena merasa Ibu dan Bapakku tidak menyayangiku. Ketika aku kabur, hujan sedang turun dan aku berharap Orangtuaku tidak dapat menemukan aku.”

“Aku berlari di bawah hujan sampai kelelahan, dan akhirnya bersembunyi di bawah pohon, entah di mana, kedinginan, sampai akhirnya aku tertidur. Ketika bangun, wujudku sudah seperti ini.” Kata Garku sambil menatap tubuhnya.

“Gadis kecil, Ibu dan Bapak tadi adalah orangtuaku. Melihat wajah mereka yang begitu sedih dan khawatir, sekarang aku yakin mereka menyayangiku.”

Gadis kecil terkejut mendengar cerita Garku. Rasanya seperti sesuatu yang tidak mungkin. Dia juga sedih. Perasaannya menjadi campur aduk. Dia terdiam, tenggelam dalam perasaannya. Tak lama kemudian, dia mendekati Garku, memeluknya, dan berbisik padanya, “Malam ini, berdoalah pada Tuhan agar Dia mengembalikanmu pada orangtuamu. Yakinlah doamu akan dikabulkan, sebab Dia Maha Mendengar, dan hanya Tuhanlah yang dapat mengabulkan doa.”

Malam itu, di tengah tidurnya, Gadis kecil mendengar bisikan doa yang tiada henti. Itulah suara Garku yang tengah memohon pada Tuhan.

Pagi hari, Gadis kecil tidak menemukan Garku di sisinya, Gadis kecil merasa sedih karena kehilangan Garku, tapi dia juga merasa lega karena berharap kini Garku sudah kembali pada Orangtuanya. Hari itu Gadis kecil bermain sendirian, meski terkadang Nenek menemaninya.

Dua hari kemudian, terdengar suara ketukan pintu, lalu Nenek membukanya. Gadis kecil berada tak jauh di belakang Nenek. Ada dua orang tamu, seorang ibu dan seorang bapak, keduanya berpenampilan rapi. Gadis kecil merasa pernah melihat mereka sebelumnya. Nenek bercakap-cakap dengan mereka sebentar sambil tersenyum dan kemudian mempersilakan mereka masuk.

Ketika Ibu itu melangkah masuk, terlihat sosok kecil mengintip di belakangnya. Ternyata di belakang ibu itu ada seorang perempuan kecil!

Perempuan kecil itu mengintip sambil tersenyum pada Gadis kecil. Kemudian Gadis kecil teringat siapa tamu-tamu itu. Itu adalah Ibu dan Bapak yang bertemu dengannya di taman! Berarti perempuan kecil itu adalah...

“Garkuuuuu!!!” seru Gadis kecil riang sambil berlari menghampiri perempuan itu kemudian memeluknya.

“Halo Gadis kecil, namaku Nini.”

“Dan aku Lala.” Sahut Gadis kecil, mengulang  perkenalan mereka berdua.

Dan semenjak itu, Gadis kecil dan Perempuan kecil menjadi sahabat sejati.



TAMAT.

2 Responses to "Cerpen: Kisah Gadis Kecil dan Garku si Kucing Kuning"

Della said...

Bagus iiiiiihhhh..
Kayaknya I pernah baca ini juga deh yang versi dia, ada banyak tau stok cerita si Mumun.

adu catumorli said...

ahh.. i jd penasaraannn.. iya byk ktnya tp msh absurd, blm rapi wkwk..

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel