(Resensi) firebelly


MP, singkatan dari Missing Pieces, adalah nama dari seekor katak firebelly. Sesuai namanya, MP memiliki missing pieces dari tubuhnya yaitu buntung di kaki kiri depan dan kaki kanan belakang.

“Buntung di depan, buntung di belakang. Yang kubutuhkan hanya sepotong kain di atas satu mataku agar kelihatan seperti seekor perompak amfibi.”

Dia mendapatkan nama itu dari Caroline, seorang gadis kecil yang memilihnya dari sekian banyak katak di toko hewan. Ketika memilihnya, Caroline tidak menyadari bahwa katak pilihannya buntung, dia hanya merasa bahwa katak itu adalah katak lucu, manis, dan sedikit pemalu, seperti dirinya. Ketika MP sudah berada di rumah Caroline dan sedang terlena, asik melompat-lompat di wadahnya yang baru dan menyenangkan, ayah Caroline lah yang menyadari bahwa MP memiliki kekurangan pada fisiknya. Ayahnya memberi saran agar mereka kembali ke toko hewan dan menukarnya dengan katak lain, tapi keputusannya terserah Caroline.

“Kita tidak bisa mengembalikannya,” kata gadis itu. Suaranya terdengar penuh gairah dan empati. Siapa lagi yang mau memelihara katak yang hanya punya dua kaki? Kita harus tetap membiarkannya di sini. Aku menginginkannya, bagaimanapun keadaannya.”

Saat itu keputusan Caroline untuk mengembalikan atau merawat MP adalah suatu keputusan besar bagi MP. Kadang kita tidak menyadari bahwa keputusan-keputusan kecil yang kita buat mungkin berakibat besar bagi seseorang, bahkan keputusan yang dapat mengubah hidup seseorang selamanya.

Suatu ketika, ayah Caroline harus pergi mendaki selama sebulan, sehingga Caroline harus tinggal di rumah ibunya. Kala itu, ayahnya lah yang membawa MP pindah ke rumah barunya dengan menggunakan mobil sewaan. Di mobil, ayahnya menggunakan mangkuk tertutup sebagai wadah sementara MP. Dia meletakkan mangkuk itu di karpet belakang kursi kemudi, dan di tengah perjalanan, mangkuk itu terbuka.

MP keluar dan bersembunyi. Ketika sampai di rumah ibu Caroline, mereka sadar MP tidak ada. Kini MP dihadapkan pada pilihan menjadi liar atau tetap nyaman menjadi binatang peliharaan. Dia berpikir berulangkali mengenai keputusan apa yang harus diambilnya, layaknya jika kita sedang dihadapkan dengan suatu keputusan besar yang dapat mengubah hidup kita. Sekali keputusan itu diambil, kita tak bisa mundur kembali.

Akhirnya MP memutuskan untuk tetap bersembunyi dan menjadi bebas. Keputusannya ini kelak membuatnya bertemu dengan Claire, remaja yang masih mencari arti keberadaan dirinya di dunia ini. Perjalanan MP di mobil bersama Claire, keputusan yang dibuat MP, akan mempengaruhi baik kehidupan Claire dan MP sendiri.

Semua peran yang ada dalam novel ini rasanya mencerminkan kehidupan kita sendiri, dan memberikan kita pelajaran dalam hidup bahwa ada saatnya kita diam untuk menang, ada saatnya kita melompat dan mengubah hidup kita selamanya. Ada saatnya kita keluar dari dunia nyaman kita untuk mendapatkan hal yang mungkin tak akan pernah kita bayangkan jika kita tidak melakukannya. Ada saatnya kita bersembunyi dan ada saatnya kita menunjukkan diri. Dan yang paling penting, perlu bagi kita menyadari betapa pentingnya keberadaan kita bagi orang-orang di sekeliling kita, dan keputusan-keputusan yang kita buat sangat mungkin mempengaruhi mereka, bahkan mengubah hidup mereka selamanya.

Buku ini sarat dengan pesan-pesan moral dan dirangkai dengan bahasa dan cerita yang menyenangkan, sehingga tak akan terasa tiba-tiba kita sudah sampai di halaman terakhir dan ingin membacanya ulang.

Makasih buat email serambi_gcu yang udah bikin saya tertarik memiliki firebelly :)

Sekarang baru beli arumdalu dan siap dibaca nih :)

http://catumorli.blogspot.com/

3 Responses to "(Resensi) firebelly"

iSTi said...

pinjem dong bukunya, ntar tukeran sama punya gw :)

adu catumorli said...

hayuk tukeran! mo tukeran sama apa? :D

iSTi said...

gw punya nya buku-bukunya TERE LIYE

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel