Pemilihan presiden (seandainya)
Mari kita berandai-andai…. Seandainya pemilihan presiden seperti melamar kerja biasa, seperti iklan-iklan yang ada di koran. Misalnya saja, ”Dibuka lowongan untuk pemilihan Presiden Indonesia tahun XXXX. Persyaratan: Minimum S1, jurusan apa saja. Pengalaman kerja minimum 10 tahun. Jujur, bertanggungjawab, berpikiran positif, mudah beradaptasi, bisa bekerja perorangan maupun dalam grup, inisiatif, berambisi, tidak mudah tergiur uang. Jika anda merasa memiliki persyaratan di atas, silakan kirim cv anda ke alamat YYYY.” Mungkin juga ditambah persyaratan-persyaratan lain yang dianggap perlu, seperti surat rekomendasi dari dosen, untuk mencegah terjadinya pemalsuan ijasah. Setelah itu CV di terima oleh badan tertentu, atau mungkin juga DPR. Kemudian diseleksilah CV yang memenuhi persyaratan.
Wawancara disiarkan secara langsung di semua saluran televisi, atau televisi tertentu saja karena proses wawancara kemungkinan akan berlangsung lama sehingga jika semua televisi acaranya sama kemungkinan lama-lama penonton akan bosan. Proses ini akan berlangsung menarik karena kita bagaikan menonton acara-acara pencarian idola seperti yang ada di beberapa stasiun televisi sekarang ini. Untuk menghindari adanya pemalsuan ijasah, ketika proses wawancara, sang pewawancara melakukan video call ke dosen yang memberikan rekomendasi. Diharapkan, ada beberapa dari rakyat yang menonton yang merupakan lulusan dari universitas sang pelamar, senhingga bisa mengklarifikasi langsung ke badan tersebut melalui line-line telepon yang telah disediakan, apakah dosen yang sedang muncul adalah benar-benar dosen univeritas tersebut atau bukan, atau bisa juga mengklarifikasi apakah sang pelamar benar-benar lulusan universitas tersebut atau bukan. Mungkin perlu juga diadakan dalam sesi wawancara, penjelasan secara singkat tentang tugas akhir sang pelamar (skripsi, tesis, ataupun disertasi). Setelah melewati beberapa proses, tentunya banyak peserta yang tersisih dan hanya tertinggal lima orang calon kuat. Dari calon sebanyak lima orang ini, kita adakan pemilu seperti biasa, jangan melalui voting sms atau telpon, karena kemungkinan besar akan terjadi banyak-banyakan sms dari pihak atau golongan tertentu. Ketika pemilihan umum berlangsung, diperlukan kejujuran dan keadilan dari berbagai pihak, agar tidak terjadi manipulasi suara. Siapapun yang terpilih, semua harus bisa berbesar hati dalam menerimanya. Proses dalam pemilihan kabinetnya juga memakai seleksi yang serupa, dan diharapkan hasilnya bisa maksimal.
Bagaimana ya seandainya itu terjadi? Seperti apakah Presiden Indonesia yang terpilih? Yang jelas, paling tidak presidennya lulusan kuliah, sehingga kalau ia berkoar-koar agar rakyatnya sekolah, masuk akal karena ia pun sekolah.
7 Responses to "Pemilihan presiden (seandainya)"
boleh juga sih Du..
berarti abis itu yang rame adalah tender siapa yang mo ngelaksanainnya, hehe..
kan skrg dapet gelar Doktor dr IPB du??kurang tegas aja kali yahh..nasibmu pak SBY...
gw tau sapa yang menang nanti, du..
TUKUL ARWANA...hehehe
quote from ur blog:
"Ketika pemilihan umum berlangsung, diperlukan kejujuran dan keadilan dari berbagai pihak"
hmm.. when it comes to politics, i'm apathetic that i choose not to choose. golput rules!
gue heran aja ama kalangan golput..walopun emang itu pilihan/hak mereka seh. ga pengen nentuin bangsa ini mau dibawa kmana arahnya apa gitu?yah walopun mungkin calonnya pada ga bener, setidaknya milih yg paling bagus di antara ga paling bagus..atau golput cuma numpang idup di waktu dan ruang ini?hey wake up guys!
no offense buat golput :D, i'm just don't understand with their mind..:)
ck ck ck..ternyata Adu berminta ke politik,nih..
Ayo Du!! G dukung loe jadi president..
:D :D
[lho!!!]
*berminta=berminat...
duuuuhh, kebiasaan ....maaf!!
:P
Post a Comment