Film tanpa “adegan”

Ketika aku masih remaja, film bioskop yang ada adegan tempel mulut antara pemainnya *tahu kan maksudnya apa* masih merupakan hal yang tabu. Film yang ada adegan tersebut biasanya menuai kontroversi, muncul pro-kontra. Biasanya alasan bagi pihak yang tidak setuju adalah karena tidak sesuai norma-norma agama, dan tidak sesuai dengan budaya ketimuran Negara Indonesia.

Sedangkan film bioskop masa sekarang tampaknya mulai terbiasa dengan adegan tempel mulut itu. Padahal menurutku, tanpa adegan itu pun film-film Indonesia bisa tetap bagus.

Lain halnya kalau memang yang dijual adegan-adegan begitu. Kalau yang dijual adalah cerita, seharusnya adegan tempel mulut dan semacamnya bisa dihilangkan. Seharusnya pembuat film di Indonesia berani meninggalkan adegan itu. Meskipun menurut sebagian orang, tempel mulut sudah menjadi hal biasa di kalangan remaja sekarang, tapi bukan berarti boleh memberi inspirasi pada kalangan remaja yang belum biasa kan?


Ada lagi yang berpendapat bahwa adegan itu adalah tanda modern, tanda kemajuan film. Hey! Kalau mau membuat film yang bagus, film yang mendidik, film yang menginspirasi, tanpa adegan itu pun tidak apa-apa. Aku yakin bisa! Coba saja tonton film bioskop yang sudah diputar di stasiun televisi, dimana adegan-adegan tersebut sudah disensor. Apakah film itu kehilangan esensinya? Tidak. Sebab film-film itu menjual cerita, bukan adegan cinta.

0 Response to "Film tanpa “adegan”"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel